Perlukah kita cuci tangan dengan sabun ketika akan makan meski tangan tampak bersih?
Jawabannya, wajib. Sebab, hanya lewat kebiasaan sederhana ini kita bisa terhindar dari penyakit. Kok bisa?
Faktanya, tangan yang kelihatan bersih tidaklah benar-benar bersih. Jutaan kuman, mulai dari telur cacing, virus, sampai kuman bisa bersarang di area permukaan kulit tangan dan sela kuku.
Boleh jadi Anda tak sadar telah menyentuh fasilitas umum. Sebut saja, gagang pintu toilet, telepon, pegangan kursi, menekan tombol lift, memegang uang, atau bersalaman dengan kerabat. “Jadi, tangan bersih belum tentu steril,” kata dr Handrawan Nadesul.
Indonesia termasuk rendah tingkat kesadaran Perilaku Hidup Bersih Sehat (PHBS). Salah satunya, kebiasaan mencuci tangan pakai sabun. Akibatnya, 90% masyarakat Indonesia cacingan, 47,2% anak usia 5-9 tahun anemia dan diare masih menjadi penyebab kematian nomor dua pada balita.
Gemas melihat realita ini, Menteri Kesehatan RI dr Endang Rahayu Sedyaningsih turun tangan menggerakkan masyarakat di Hari Cuci Tangan Pakai Sabun se-Dunia pada 15 Oktober lalu.
Terhindar Penyakit, Tak Jadi Carrier
Mengapa perlu cuci tangan pakai sabun (CTPS)? Departemen Kesehatan menyatakan penggunaan sabun mempercepat tangan jadi bersih, aktivitas menggosok jemari dengan sabun mampu menghilangkan kuman yang tak tampak, minyak, lemak, kotoran di permukaan kulit, dan meninggalkan bau wangi. Nah, wangi tadi dapat memberikan sensasi segar dan positif.
CTPS terbukti ampuh melindungi manusia dari 10 penyakit. Yaitu, muntaber, gastroenteritis, tifus, kolera, diare, cacingan, hepatitis, leptospirosis, jamur kulit, sampai polio. Semua penyakit tadi, ujar Handrawan, ada dalam tubuh manusia akibat sanitasi buruk dan tidak cuci tangan.
Penularannya berlangsung lewat berbagai cara. Di antaranya fecal oral—air tercemar, menempel di kuku, lalu tertelan. Atau, melalui kuku berakibat bisul, jerawat, makanan tercemar. Selain itu, penularan tidak langsung lewat tangan seperti SARS dan flu burung.
Kebiasaan tak cuci tangan berakibat fatal terutama bagi ibu yang sedang membuat susu untuk bayinya, penjaja makanan atau adanya kontak antara makanan dengan binatang seperti lalat, semut.
Mereka menjadi carrier (pembawa) penyebab makanan terkontaminasi atau foodborne disease (FDB). Tercatat ada 250 jenis penyakit yang ditimbulkan FBD, salah satunya tifus. Inilah alasan mengapa Indonesia endemik tifus. “Kasus penyakit akibat FDB masih tinggi bahkan sampai menyebabkan kematian,” terang dokter yang juga penyair ini.
Dampak sosial yang ditimbulkan pun besar. Ongkos kerugian ekonomi membengkak, belum lagi jika terjadi komplikasi. Tak cuma itu, orang yang terkena SARS terancam kehilangan pekerjaan sekaligus nyawa. Sementara anak-anak kehilangan haknya mendapat pendidikan karena sakit.
Tebas Cacing, Turunkan Biaya Berobat
Cacingan menjadi sorotan karena hingga kini anak Indonesia belum terbebas dari penyakit itu. Umumnya cacingan ditemukan pada anak usia 5-14 tahun.
Handrawan mengatakan, telur cacing yang menempel di tangan ukurannya mikron alias tak kasat mata. Tapi dampaknya berantai dari kekurangan gizi sampai anemia.
Terdapat empat jenis cacing perut. Di antaranya gelang, kremi, tambang, cambuk. “Mereka masuk lewat kuku, sela kuku, lalapan sayur mentah, sungai,“ paparnya.
Anak cacingan rawan kekurangan gizi. Cacing gelang, misalnya, memakan 0,14 gram karbohidrat dan 0,035 protein per hari. Kalau ada 100 cacing berarti 35 gram protein hilang dimakan cacing. Kurang protein berakibat menurunnya tingkat kecerdasan. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2003 menyatakan 6,7 juta balita kurang gizi.
Sementara cacing cambuk menyedot 0,005 ml, cacing tambang 0,2 ml darah per hari. Apabila ada 100 cacing tambang berarti 20 cc darah hilang. Alhasil, cacingan bisa menyebabkan anemia. Dampaknya, prestasi belajar, produktivitas kerja menurun, pada ibu hamil menyebabkan pendarahan.
Data World Bank tahun 2008 menyebut kerugian ekonomi akibat cacingan mencapai Rp30-33 miliar per tahun. Nah, perilaku CTPS adalah intervensi kesehatan yang cost effective. “Dengan biaya kecil dapat mengurangi ongkos yang besar,” ujarnya.
Buka Pakai Tangan, Matikan dengan Siku
Cermati kesalahan cuci tangan yang sering kita lakukan. Contoh, memegang penutup kran dengan tangan. Seharusnya, kata Hendrawan, membuka kran menggunakan tangan, lalu menutupnya dengan siku agar tak tertempel kuman di pegangan kran. “Ini tantangan. Kita harus pandai memilih handle (pegangan) kran yang ideal,” ujar penulis buku Sehat itu Murah ini.
Mengeringkan tangan menggunakan lap pun tidak dianjurkan. Sebab, tangan yang sudah bersih terkena kuman lagi. “Sebaiknya dikeringkan di udara dan tidak memegang sesuatu lagi,” pesannya seraya menyarankan untuk tidak mencuci tangan dengan kobokan karena kuman 'berkumpul' di air tersebut.
Kapan kita wajib mencuci tangan—pakai sabun dan di bawah air mengalir? Antara lain sebelum dan sesudah makan, setelah menggunakan kamar mandi, sepulang bepergian, bermain, memegang barang kotor, menjenguk orang sakit, memegang uang, mengganti popok, sebelum membuat susu bayi. Perhatikan pula bagian yang seringkali luput, seperti sela jari dan kuku.
Revitalisasi Dokter Kecil, Bangun Generasi Sehat
Mendidik buah hati cara mencuci tangan dengan baik rasanya belum menjadi prioritas orangtua Indonesia. Padahal, menurut Handrawan, kebiasaan ini perlu ditanamkan sejak dini. Karenanya ia menyambut positif langkah Kementerian Kesehatan RI merevitalisasi dokter kecil (dokcil). Program ini sekaligus mengubah pola pendidikan Indonesia yang awalnya kognitif menjadi afektif.
“Saya mengajak dokcil melihat kuman di tangan yang tampak bersih dari lensa mikroskop. Alhasil, mereka bisa meyakinkan diri dan orang lain bahwa tangan yang tampak bersih belum tentu bebas kuman,” katanya.
Dik Doank, artis yang kini aktif di dunia pendidikan menyadari pentingnya membangun kesadaran cuci tangan kepada siswanya. “Pendidikan tidak akan menjadi ilmu dan nur jika orang itu tidak sehat. Sehat itu rezeki kita yang pertama,” tukas pendiri sekolah Kandank Jurank Doank itu.
Jadi, ayo cuci tangan pakai sabun!
0 Response to "Jauhi Penyakit Dengan Cuci Tangan"
Posting Komentar