Seorang penghapal Alquran memiliki kedudukan yang tinggi di sisi Allah SWT. Rasulullah saw bersabda: “Dari Ali bin Abi Thalib, bahwa Nabi saw. bersabda: Didiklah anak-anakmu akan tiga perkara, mencintai Nabimu, mencintai keluarga Nabi, dan membaca Alquran. Sebab orang-orang yang hapal Alquran berada dalam lindungan Allah bersama para Nabi dan orang-orang pilihan Allah, pada hari di mana tidak ada lindungan selain lindungan-Nya.” (HR. Abu Nashr DAN Ad-Darami)
Dalam hadist lain juga disebutkan, Dari Anas ra. ia berkata: Sesungguhnya Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah itu mempunyai keluarga yang terdiri dari para manusia. Kata Anas selanjutnya: Lalu Rasulullah saw. ditanya: Siapakah mereka itu wahai Rasulullah? Jawab beliau: Yaitu Ahlul-Qur’an. Mereka adalah keluarga Allah dan orang-orang istimewa bagi-Nya.” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, An-Nasai, Ad-Darami)
Agar hapalan dapat melekat dengan kuat diingatan, tentu perlu ikhtiar/usaha yang kuat, niat yang tulus, hati yang bersih dan juga fisik yang sehat agar bisa menjaga hapalan. Selain itu diperlukan juga strategi untuk mempermudah ingatan terhadap ayat-ayat yang dihapal. Strategi ini antara lain:
1. Strategi pengulangan ganda
Salah besar apabila seseorang menganggap dan mengharap dengan sekali menghapal saja kemudian ia menjadi seorang yang hapal Alquran dengan baik.
Rasulullah sendiri telah menyatakan dalam hadistnya bahwa ayat-ayat Alquran itu lebih gesit dari unta, dan lebih mudah lepas daripada unta yang diikat. Untuk itu perlu sistem pengulangan ganda. Misalnya, jika pagi hari telah mendapat hapalan satu halaman, agar hapalan terus diingat perlu diulang kembali sore harinya. Menghapal satu persatu ayat yang telah dihapal di pagi hari.
Semakin banyak pengulangan, maka semakin kuat pelekatan hapalan itu dalam ingatan. Lisan pun akan membentuk gerak refleks sehingga seolah-olah ia tidak berpikir lagi untuk melafalkannya, sebagaimana orang membaca surah Al-Fatihah. Karena sudah terlalu seringnya membaca maka surah itu menempel pada ingatan dan lisan.
2. Tidak beralih pada ayat berikutnya sebelum ayat yang sedang dihapal benar-benar hapal
Kecenderungan seseorang dalam menghapal Alquran ialah cepat-cepat selesai, atau ingin mendapat sebanyak-banyaknya dengan waktu singkat. Hal ini menyebabkan proses menghapal menjadi tidak stabil.
Karena diantara ayat-ayat Alquran, sebagian ada yang mudah dihapal dan ada pula sebagian darinya sulit dihapalkan. Karena itu perlu kecermatan dan ketelitian dalam mengamati kalimat-kalimat suatu ayat yang hendak dihapal, terutama ayat-ayat yang panjang. Yang perlu diingat, bahwa banyaknya ayat-ayat yang ditinggalkan akan mengganggu kelancaran dan justru akan menjadi beban tambahan dalam proses menghapal. Sehingga para penghapal hendaknya tidak beralih kepada ayat lain sebelum dapat menyelesaikan ayat-ayat yang sedang dihapalnya. Biasanya, ayat-ayat yang sulit dihapal, akhirnya dapat kita kuasai walaupun dengan pengulangan sebanyak-banyaknya. Dan banyaknya mengulang membuat hapalan menjadi baik dan kuat.
3. Menghapal urutan-urutan ayat yang dihapalkan dalam satu kesatuan jumlah setelah benar-benar hapal ayat-ayatnya
Untuk mempermudah proses ini, maka memakai Al-Qur’an yang biasa disebut Qur’an Pojok akan sangat membantu. Al-Qur’an ini memiliki ciri:
- Setiap juz terdiri dari sepuluh lembar
- Pada setiap halaman diawali dengan awal ayat dan diakhiri dengan akhir ayat.
- Memiliki tanda-tanda visual yang cukup membantu dalam proses menghapal Al-Qur’an
Dengan menggunakan mushaf seperti ini, maka penghapal akan lebih mudah membagi sejumlah ayat dalam rangka menghapal rangkaian ayat-ayatnya.
4. Menggunakan satu jenis mushaf
Memang tidak ada keharusan menggunakan satu jenis mushaf tertentu, mana saja jenis mushaf yang disukai boleh dipilih asal tidak berganti-ganti. Karena bergantinya penggunaan mushaf kepada mushaf lain akan membingungkan pola hapalan dalam bayangannya. dengan kata lain, aspek visual sangat mempengaruhi dalam pembentukan pola hapalan. Seorang yang sudah hapal Alquran sekalipun akan menjadi terganggu hapalannya ketika membaca mushaf yang tidak biasa dipakai pada waktu proses menghapalnya. Sehingga akan lebih baik jika dalam menghapal menggunakan satu jenis mushaf saja.
5. Memahami (Pengertian ayat-ayat yang dihafalnya)
Memahami pengertian, kisah atau asbabun nuzul yang terkandung dalam ayat yang sedang dihapalnya merupakan unsur yang sangat mendukung dalam mempercepat proses menghapal Alquran. Pemahaman itu sendiri akan lebih memberi arti bila didukung dengan pemahaman terhadap makna kalimat, tata bahasa dan struktur kalimat dalam suatu ayat. Dengan demikian maka penghapal yang menguasai bahasa Arab dan memahami struktur bahasanya akan lebih banyak mendapat kemudahan dari mereka yang tidak memiliki bekal penguasaan bahasa Arab sebelumnya. Dan dengan cara ini, maka pengetahuan tentang uluul Qur’an akan banyak sekali terserap oleh para penghafal ketika dalam proses menghapal Alquran.
6. Memperhatikan ayat-ayat yang serupa
Ditinjau dari aspek makna, lafal dan susunan atau struktur bahasanya di antara ayat-ayat dalam Alquran banyak keserupaan atau kemiripan. Ada yang benar-benar sama, ada yang berbeda dua, atau tiga huruf saja, ada pula yang berbeda susunan kalimatnya.
Ada ayat-ayat yang serupa ini banyak memberi keuntungan antara lain, membantu mempercepat dalam proses menghapal karena apabila ada ayat yang sama akan menarik perhatian penghapal sehingga ia benar-benar memahami makna dan struktur ayat-ayat yang memliki kesamaan atau keserupaan, dengan berlalunya waktu dan banyak pengulangan maka penghafal akan menyimpulkan berbagai macam illat dan hukum Al-Qur’an baik dalam bentuk, maupun kandungan isi, dan dengan adanya persamaan dalam kaimat berarti telah memberikan hasil ganda terhadap ayat-ayat yang dihapalnya, karena dengan menghapal satu ayat berarti telah memperoleh hasil dua, tiga, bahkan empat sampai lima ayat yang serupa dalam Alquran.
7. Disetorkan pada guru
Menghapal Alquran kepada guru, akan lebih baik dibanding menghapal sendiri dan juga akan memberikan hasil yang berbeda. Ada dua sistem yang biasa ditempuh dalam pembinaan program menghapal Alquran yaitu: sistem tradisional pesantren dan sistem klasikal, atau terprogram.
Sistem pembinaan tradisional pesantren memiliki kualitas bimbingan yang lebih intensif dibandingkan sistem pembinaan terprogram karena sistem pembinaan menjanjikan lebih banyak pertemuan untuk setoran dan takrir. Sistem setoran sebaiknya dilakukan setiap hari agar: kesalahan menghapal dapat segera dibenarkan sebelum mengendap, karena kesalahan menghapal yang terlanjur mengendap akan membentuk pola hapalan yang salah dan sulit diluruskan, memperlancar dan memperkuat hapalan yang masih baru dan hapalan yang ditasmi’kan atau disetorkan kepada guru akan memiliki nilai yang berbeda dengan hapalan yang tidak disetorkan pada pengampu.
0 Response to "Strategi Menghafal Al Quran"
Posting Komentar