Kebiasaan Yang Tidak Sesuai Dengan Sunah Rasulullah

Rasulullah adalah teladan terbaik untuk seluruh umat manusia. Beliau mengajarkan apa yang seharusnya dilakukan dan tidak dilakukan dengan sempurna karena diajarkan langsung oleh sang Maha Sempurna, Allah SWT. Tak satu pun contoh tindakan mau pun teori beliau yang kita ketahui melalui hadits yang sahih memiliki kekurangan atau kecacatan. Karena islam adalah agama penutup penyempurna ajaran ajaran agama sebelumnya.

Pada hakekatnya begitu banyak manfaat ketika kita meneladani Rasulullah sebagai teladan utama kita. Meski dalam beberapa atau malah banyak hal yang malah terlupakan untuk kita ikuti. Hal-hal tersebut menyangkut adab dan kebiasaan yang ada pada masyarakar disekitar kita.
Berikut ini adalah beberapa adab yang tidak sesuai yang ada pada masyakat kita.



1. Memberi salam kepada yang sedikit

Seringkali kita jumpai disekitar kita akan adanya perilaku terpuji namun tidak sesuai. Hal tersebut dilakukan oleh banyak umat muslim disekitar kita. Contoh sederhana adalah ketika memberi salam.

Di sekolah-sekolah misalnya, ketika sang guru masuk kedalam kelas maka segera sang ketua kelas menyiapkan teman temannya untuk memberi salam kepada sang guru. Sedangkan memberi salam adalah bagi yang sedikit kepada yang banyak. Yaitu bagi guru yang sendiri tersebut kepada murid-murid yang banyak. Atau ketika ada seorang uztad yang berjalan dan bertemu dengan murid murid mengajinya maka para murid-murid dengan senang hati mengucapkan salam kepada sang uztad yang sebenarnya jumlahnya sedikit yaitu hanya satu orang saja. Seharusnya sang uztadz-lah yang memberi salam kepada murid-murid yang ditemuinya.

2. Takziyah baju hitam

Bertakziyah dengan mengenakan baju berwarna hitam sudah menjadi budaya di seluruh wilayah indonesia. Warna hitam seolah menjadi simbol kedukaan dalam yang diwujudkan dalam bentuk pakaian berwarna hitam dalam bertakziyah.

Padahal Rasulullah Sallallahu Alaihi Wasalam mengajarkan kepada umat islam bahwa bertakziyah hendaknya mengenakan pakaian berwarna putih bukan berwarna hitam guna menghormati orang yang telah dipanggil kembali oleh Allah Subhanahu Wata'ala.


3. Makan dulu baru bayar

Hal berikutnya yang sering kita jumpai disekitar kita adalah adab ketika membeli makanan di rumah makan. Baik rumah makan sederhana maupun rumah makan besar seperti restoran di hotel berbintang. Yang menjadi kebiasaan di sekitar kita adalah setelah memesan makanan kemudian menyantapnya sampai selesai barulah kita membayar apa saja yang telah kita makan.

Padahal sesungguhnya kita memakan makanan yang belum jelas hukumnya. Yakni makanan tersebut belum halal lantaran belum dibayar. Sedangkan dalam jual beli kita baru akan menerima barang setelah memberikan uang sebagai alat bayar. Seperti halnya kita akan mendapatkan hak kita setelah melakukan kewajiban kita. Hak kita adalah memakan makanan dan seharusnya itu adalah ketika kita sudah melakukan kewajiban kita membayar makanan tersebut.

4. Menyediakan hidangan bagi pentakziyah

Ketika dalam sebuah keluarga ada yang berpulang kepada Allah. Maka, di rumah keluarga tersebut akan sibuk mengadakan acara kirim do'a hingga tujuh hari lamanya. Sang empunya rumah yang tengah ditimpa kesedihan tersebut bersibuk ria menyiapkan hidangan bagi orang orang yang datang bertakziyah membacakan surat Yasiin yang biasanya dibantu oleh beberapa kerabat dan tetangga.

Padahal sesungguhnya kewajiban menenangkan dan membantu keperluan si keluarga yang ditinggal oleh si jenazah adalah bagi pentakziyah. Seharusnya pentakziyah yang membantu meringankan beban si keluarga almarhum atau almarhumah. Yang terjadi di lingkungan sekitar kita adalah keluarga yang sudah berat penderitaannya kehilangan salah seorang atau lebih dari mereka yang dipanggil oleh Allah harus pula bersusah payah menyiapkan segala sesuatu bagi para pentakziyah yang seharusnya datang dengan empati. Bagai jatuh tertimpa tangga. Begitulah yang ada dalam masyarakat disekitar kita.

5. Shalat Ied lebih ramai dari shalat Fardu

Sebagai hari kemenangan hari raya baik Idul fitri maupun Idul adha menjadi hari istimewa bagi umat islam. Masjid ramai oleh jamaah yang hendak shalat berjamaah di masjid. Tak jarang masjid sampai sesak bahkan sampai harus membuat barisan shalat diluar masjid.

Lalu, apa yang terjadi dengan hari hari lain ketika shalat fardu. Jamaah hanya satu shaf atau bahkan malah hanya ada seorang imam dan seorang makmum. Terlebih ketika waktu sibuk seperti waktu ashar. Dimana orang orang sedang sibuk bekerja dan kegiatan lain. Masjid menjadi sepi. Dalam hal ini sunah menjadi lebih utama bagi sebagian masyarakat dari pada wajib. Padahal shalat fardu tentu memiliki keutamaan yang lebih banyak dari pada shalat sunnah.

Hal-hal yang terjadi masyarakat sudah jelas terlihat berbeda dengan yang diajarkan oleh Rasulullah. Hal ini seharusnya menjadi perhatian para pendakwah. Ketika sunnah Rasulullah dari hal hal sederhana bisa dilakukan dengan baik maka akan mudah bagi masyarakat islam untuk menjalankan sunnah-sunnah utama seperti shalat tahajjud maupun sunnah utama lainnya.

Pekerjaan rumah bagi para pendakwah mulai dari hanya berdakwah kepada seorang teman disamping kita maupun pendakwah sekaliber uztad untuk menanamkan bahwa syari'at lebih utama dari pada adat.

 Wallahua'lam bishawab


Related Posts:

0 Response to "Kebiasaan Yang Tidak Sesuai Dengan Sunah Rasulullah"

Posting Komentar