Kakak Beradik Blasteran Belanda Menjadi Pemanggang Kemplang dan Pemulung

Meski menjadi pemanggang kemplang dan pemulung, dua blasteran Belanda, Febriyanti (15) dan Samsul Bahri (13) tidak minder bergaul dengan teman-teman sebayanya. Mereka juga tetap semangat menuntut ilmu demi cita-cita mulia mereka.

Yanti mengaku seringkali di-bully teman-teman karena berwajah bule tetapi menjadi pemanggang kemplang. Namun, tidak menyurutkan niatnya tetap membantu orangtua yang tinggal di Jalan A Kohar, RT 13, RW 3, Nomor 059 C, Kelurahan Saung Naga, Baturaja Barat, Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU), Sumsel.

"Tidak apa-apa kak dibilangin orang apa, ngapain juga malu. Lagian bukan maling," ungkap Yanti.

Begitu juga dengan Al, dia tetap menjadi pemulung untuk menambah penghasilan keluarganya. Bagi Al, usaha itu sebagai modal menjadi orang yang sukses dan membanggakan orang tua.

"Nanti kan jadi biasa mau kerja apa, asal halal. Yang capek sudah biasa, yang enak juga tidak apa-apa," kata Al.

Menariknya, meskipun hidup dalam serba keterbatasan dan bekerja siang malam, tidak membuat semangat menuntut ilmu kedua keturunan bule ini menjadi kendor. Mereka setiap hari pergi ke sekolah jalan kaki sejauh 3 kilometer. Berbeda dengan teman-temannya yang diantarjemput pakai kendaraan atau menggunakan jasa ojek.

Yanti yang kini duduk di bangku kelas I SMA swasta dan adiknya Al duduk di kelas II SMP ini, tetap berprestasi. Bahkan, Al duduk di sekolah terfavorit di kota itu karena memiliki prestasi saat SD dulu.

"Kerja siang malam tidak ganggu belajar. Kerja lancar sekolah jalan," tutupnya.

Related Posts:

0 Response to "Kakak Beradik Blasteran Belanda Menjadi Pemanggang Kemplang dan Pemulung"

Posting Komentar